Sumber: Dokumen Pribadi |
Judul: Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya!
Penulis: Rusdi Mathari
Penerbit: Buku Mojok
September, 2016
Buku ini mulanya adalah tulisan berseri selama dua tahun di situs web Mojok.co. Sejak kali pertama tayang, kisah sufi dari Madura bernama Cak Dlahom ini segera digemari. Dibaca lebih dari setengah juta pemirsa Mojok.co.
___________________________________________________________________________________________
Buku yang uapikkk dan 'ngena' dibaca di nuansa ramadan begini. Isinya dekat sekali dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Hubungan antar manusia. Ceritanya juga ringan. Tapi sungguh sarat makna. Ketika baca buku ini rasanya kepalaku seperti diketok, "Itu lho! Selama ini kamu ngga pernah peduli. Pura-pura buta dan tuli dengan apa yang ada disekitarmu". Benar-benar banyak hal sederhana—dlm keseharian terutama sikap, perilaku, dan hubungan antar manusia, yang rasanya baru membuat mataku melek.
Ini salah satu buku yang sering kubaca ulang perbagiannya—kalau lagi pengen hehe. Buku religius yang sangat religius.
Judulnya emang ngga salah. Kita seringkali merasa pintar, paling benar, padahal bodoh saja kita tak punya.
Cerita ku dengan buku ini:
Ia kutamatkan pada 2018. Benar-benar waktu dan tempat yang sangat berharga. Seingatku hari itu bersama teman-teman HMPS 2018/2019, survey lokasi untuk proker Kurban&Baksos. Dari pagi kami berangkat, keliling-keliling ke plosok desa²—tapi aku lupa di daerah GK atau Kulon Progo atau mana. Waktu udah mau sore, bokong udah pegel kelamaan diatas motor. Akhirnya menjelang sore Mba Ucik ngajak ke rumahnya—Mba terbaekkk hehe. Rumahnya jauuuuuh btw hahaha.
Magrib datang, kami masih diperjalanan. Akhirnya kami mampir buka puasa di warung kecil. Sekadar minum dan makan gorengan. Singkat cerita sampailah di rumah Mba Ucik. Kami disuguhi makan berat—senangnya haha, dan basa-basi dengan keluarganya. Selesai salat magrib, akhirnya temen-temen tarawih di desa itu. Aku lupa jg apa nama desanya.
Mau ceritain gambaran desanya sedikit, menurut pandangan ku ya. Desanya lumayan masuk ke dalem², hawanya masih seger, dingin, bukan desa yang sudah terang-benderang. Masih nemuin sapi di sekitar rmh warganya. Suasana begini ngga ada di kampungku sendiri, makanya seneng hehe. .
Okay, karena aku lg datang bulan. Aku duduk sendirian di depan mushola. Sambil nunggu temen-temen yang lagi tarawih, aku baca buku ini.
Suasana, isi cerita, suara imam yg memimpin tarawih, ah. Rasanya aku masuk ke dalam cerita dan menyaksikan sendiri Cak Dlahom berdialog juga dengan tingkah lakunya. Sulit menjelaskan rasanya dengan kata. Hehe
0 Comments:
Posting Komentar