Sumber: Dokumen Pribadi |
Judul: Hijrah Jangan Jauh-Jauh, Nanti Nyasar!
Penulis: Kalis Mardiasih
Penerbit: Buku Mojok
Cetakan Pertama, Oktober 2019.
Sipnosis:
Setiap kali mendengar suara azan yang dilantunkan oleh suara sepuh terbata-bata, melihat bangunan madrasah Islam tradisional dengan keriaan anal-anak, atau sesederhana melihat papan nama masjid di perkampungan, saya sering merasa bahwa Islam telah cukup. --Islam yang Cukup
Kalis Mardiasih merisaukan fenomena beragama yang di tangan sebagian kalangan begitu eksklusif dan menyeramkan. Baginya, beragama seharusnya menyenangkan, dipenuhi kebaikan. Tidak sesak oleh amarah atau hasrat penaklukan.
Kebaikan-kebaikan itu ia temukan dalam praktik keberagamaan yang sederhana. Ia berbicara dengan orang-orang bersahaja, menyaksikan cara mereka mengamalkan kesalehan, dan menemukan Islam yang teduh di sana. Dalam dirinya, Islam tumbuh bersama dengan kegembiraan.
_________________________________________________________________________________________________________________
Buku yang dibeli sekitar akhir tahun 2019 akhirnya selesai dibaca. Setelah melihat penulisnya udah nerbitin buku lagi sekitar Maret/April lalu. Lalu ngebatin, "Astaga. Udah nerbitin buku lagi, padahal yang dibeli kemarin belum kubaca ≧ ω ≦"
Ini bukan review gaes, tapi senang ingin bercerita tentang pengalaman yang disajikan kompilasi menyelami isi buku ini.
Buku ini ringan dan renyah. Lagi dan lagi, dekat sekali dengan keseharian. Sesuai dengan pernyataan Mba Kalis sendiri yang menyatakan bahwa ia bukan pengarang yang mengusung tema Islam secara khusus. Tulisan-tulisannya didasari oleh pengalaman, baik yang dialaminya sendiri atau orang-orang yang terlibatnya. "Setiap pengalaman mestinya sah sebagai realitas keberagaman ..."
Buku ini membawa kesadaran tentang manusia tidak ada kata untuk berhenti belajar, mengenal hal-hal baru, dan mengakui keberagaman. Tidak menghargai satu hal Hanya dari satu sudut pandang. Mba Kalis menggambarkan pengalamannya yang juga pernah menjadi orang yang mudah "menghakimi perbedaan". Setelah lebih mengenal keberagaman dan buku, ia berhasil melepaskan kebiasaan tsb. Jangan pernah berhenti belajar dan selalu menambah wawasan tentang salah satu kuncinya🔑
—saya perlu usaha yang cukup keras untuk melepaskan dirimu dari belenggu hitam-putih, sampai sekarang masih berusaha.
Kemarin kompilasi Mba Kalis salah satu cuitan selebgram dan tanggapannya ditanggapi lagi oleh nitijen. Melihat santainya respon Mba Kalis, saya jadi bertanya dalam hati, "Kok Mba Kalis ini bisa tetap nongkrong ya ngadepin orang² yg jaka sembung .....". Akhirnya menjawab saya dapat di sub bab terakhir di buku ini — Pengalaman Saya "Menikmati" Bully di Media Sosial.
Sebelum sampai pada "Menikmati", tentu saja ada beberapa fase yang harus dilewatinya.
Sedikit pesan Gus Dur yang saya kutip dari buku ini, "Jika memang melakukan kesalahan, harus belajar untuk rela meminta maaf", ikuti dengan mudahnya yang terkenal, "Melarang ideologi dan bahaslah sia-sia dan itu tidak mungkin dilakukan".
Judulnya emang ngga salah. Hijrah jangan jauh-jauh, nanti nyasar! Nyasar ke mana? Baca aja sendiri bukunya. Barangkali dapat pengalaman yang berbeda ^^ ♡
Ini bukan review gaes, tapi senang ingin bercerita tentang pengalaman yang disajikan kompilasi menyelami isi buku ini.
Buku ini ringan dan renyah. Lagi dan lagi, dekat sekali dengan keseharian. Sesuai dengan pernyataan Mba Kalis sendiri yang menyatakan bahwa ia bukan pengarang yang mengusung tema Islam secara khusus. Tulisan-tulisannya didasari oleh pengalaman, baik yang dialaminya sendiri atau orang-orang yang terlibatnya. "Setiap pengalaman mestinya sah sebagai realitas keberagaman ..."
Buku ini membawa kesadaran tentang manusia tidak ada kata untuk berhenti belajar, mengenal hal-hal baru, dan mengakui keberagaman. Tidak menghargai satu hal Hanya dari satu sudut pandang. Mba Kalis menggambarkan pengalamannya yang juga pernah menjadi orang yang mudah "menghakimi perbedaan". Setelah lebih mengenal keberagaman dan buku, ia berhasil melepaskan kebiasaan tsb. Jangan pernah berhenti belajar dan selalu menambah wawasan tentang salah satu kuncinya🔑
—saya perlu usaha yang cukup keras untuk melepaskan dirimu dari belenggu hitam-putih, sampai sekarang masih berusaha.
Kemarin kompilasi Mba Kalis salah satu cuitan selebgram dan tanggapannya ditanggapi lagi oleh nitijen. Melihat santainya respon Mba Kalis, saya jadi bertanya dalam hati, "Kok Mba Kalis ini bisa tetap nongkrong ya ngadepin orang² yg jaka sembung .....". Akhirnya menjawab saya dapat di sub bab terakhir di buku ini — Pengalaman Saya "Menikmati" Bully di Media Sosial.
Sebelum sampai pada "Menikmati", tentu saja ada beberapa fase yang harus dilewatinya.
Sedikit pesan Gus Dur yang saya kutip dari buku ini, "Jika memang melakukan kesalahan, harus belajar untuk rela meminta maaf", ikuti dengan mudahnya yang terkenal, "Melarang ideologi dan bahaslah sia-sia dan itu tidak mungkin dilakukan".
Judulnya emang ngga salah. Hijrah jangan jauh-jauh, nanti nyasar! Nyasar ke mana? Baca aja sendiri bukunya. Barangkali dapat pengalaman yang berbeda ^^ ♡
0 Comments:
Posting Komentar