Judul: Ambivert
Penulis: Arshy Mentari
Penerbit: Buku Mojok
Cetakan kedua, April 2020.
Sipnosis:
Anak bertumbuh menjadi remaja kemudian dewasa dan menua. Begitu banyak peran yang dijalankannyadalam kehidupan. Membuatnya menjalani dua wajah atau lebih yang tidak jarang serupa dua arah berlawanan bahkan bagai dua persimpangan yang menarik ulur hatinya. Pengalaman membuatnya selalu terkikis, terukir, terjungkir. Hingga tak jarang ia memilih unutk menjalani keseharian dengan kepura-puraan.
Tokoh aku, seorang anak perempuan dari golongan masyarakat umum, mengalami dilema itu. Dilema yang bisa jadi mewakili kisah anak perempuan lainnya di sekitar kita yang sedang mencari jati dirinya. Bagaimana pola asuh, hingga persahabatan, penghianatan, dan asmara, seolah membuatnya terpaksa mengenakan berbagai persona. Topeng-topeng yang terbentuk tanpa sengaja. Topeng-topeng yang ingin dilepaskannya tanpa tersisa untuk menemukan jati diri.
________________________________________________________________________________________________________________
Oh ya. Ini bukan review, hanya berbagi pengalaman saat membaca. .
Lalu, apakah ekspektasiku terbayar?
Jawabannya adalah, ya. Hanya pada lima halaman pertama. .
Nanti ku jelaskan. Kita bahas dulu bagian-bagian buku ini. Secara garis besar ada tiga bagian yaitu, (1) Ia dan Mereka berisik, (2) Tentang Kita, (3) Menjadi Diri Sendiri.
Lima halaman pertama di bagian ini sangat ajaib untukku. Penulis merangkum perasaan senang yang tidak bisa saya jelaskan saat pindah. Ini pengalaman pertamaku menangis saat membaca buku, padahal baru di halaman ke tiga. .
Pada sub Lingkaran Kecil — siapa kuartikan sbg keluarga, penulis bercertia sedikit tentang masa kecilnya.
Si Diam. "Tidak banyak hal detail yang bisa dipindahkan. Kalimat ini diambil pada saat memori selesai. Ingatan yg muncul tentang masa kecil itu adalah, "Tanganmu itu tangan perusak!", Terus bersama beberapa masa lalu yg bertubi-tubi memenuhi kepala.
Kemudian, Anak Tengah.
Bagian yg cukup pedih. Memberi pengalaman aku sebagai pembicara seperti sedang berdialog menyurahkan isi hati dengan sebuah buku. Apa kamu tau rasanya terasingkan tanpa ada seorangpun yang menarik kamu dari keterasingan itu? Tidak ada yang mengenalmu. "Jadilah tangguh dan bukan tiang untuk kau sanggah", pesan yang ku garis bawahi pada bagian ini.
Udah, segini aja hehe.
Lima halaman pertama itu seperti klimaks.
Aku menikmati bagian satu, dan sedikit menikmati pada bagian tiga. Aku membaca bagian dua hanya sbg disetujui, krn rasanya tidak baik berlalu begitu saja. Bukan berarti tidak bagus, hanya tidak relevan untukku. Bagian yang membahas tentang balada hubungan. Aku belum sampai pada kehidupan 'romantis' itu.
"Setiap org punya teras, ruang tamu, dan kamar. Masing-masing tuan rumahlah yang menentukan siapa yang boleh dan tidak, kpn dan luas kebolehannya".
Secara keseluruahan, buku ini tentang perjalanan yang membawa kita pada berbagai fase kehidupan. Pengalaman dan pelajaran membuat kita harus memainkan banyak peran dengan berbagai topeng. Meskipun itu bukan topeng yang ingin kita kenakan. .
Dari sudut pandang seorang perempuan sebagai tokoh utama.
Nilai 7,5 / 10.
Dari sudut pandang seorang perempuan sebagai tokoh utama.
Nilai 7,5 / 10.
0 Comments:
Posting Komentar