Klaten, (19/03/2021)--Perjalanan bermula dari seorang kawan, tidak lain dan tidak bukan, Astri Juniarti. Mengajak untuk bertemu di Klaten tanggal 20 Maret. Lagi dan lagi, masih tanpa renca perjalanan.
Singkat cerita, perjalanan dimulai
satu hari lebih awal dari jadwal. Pagi, 19 Maret, Astri berangkat dari Semarang
dan aku dari Yogyakarta. Kami sepakat untuk bertemu di Soto Segeer Mbok Giyem
di Klaten. Sekaligus sarapan pagi.
Soto Segeer merupakan salah satu warung yang cukup terkenal. Cabangnya sudah ada di beberapa kota di Pulau Jawa. Soto dagingnya yang khas bisa disantap dengan bermacam jenis camilan dan sate-satean yang disediakan.
Setelah makan, bukannya lanjut menuju tempat-tempat yang ingin dikunjungi, kami justru kembali ke Yogyakarta. Untuk mengantar satu motorku. Kami rasa kurang seru jika harus berjalan sendiri-sendiri dengan dua motor. Memang agak buang-buang waktu karena kami harus bolak-balik. Hikmahnya, kami dapat istirahat sebentar di kamar kosku. Sekitar pukul 14.00 WIB, kami berangkat lagi menuju Klaten.
Setibanya, kami langsung menuju
Alun-Alun Klaten. Dengan tujuan mencari kepelan dan dawet bayat yang merupakan
makanan khas Klaten. Sayangnya kami tidak bisa mencicipi dawet bayat karena
tidak menemukan penjualnya di sekitar Alun-Alun.
(kepelan) |
Akibat terbatas waktu dan hari semakin
sore, kami memutuskan untuk langsung menuju Umbul Kemanten atau Umbul Manten. Waktu
tempuh sekitar 30—40 menit dari Alun-Alun Klaten.
Dari sekian banyak wisata “Umbul” yang
terkenal di Klaten, kami memilih Umbul Manten karena suasana dan tempatnya
masih terbilang alami. Belum banyak sentuhan tangan dan perubahan.
Untuk masuk ke Umbul Manten, hanya
perlu mengeluarkan biaya untuk parkir motor sebesar Rp3.000,00 dan retribusi
masuk Rp10.000,00/orang.
Berikut sejarah mengapa tempat ini
disebut Umbul Manten:
Air di Umbul Manten sangat segar dan
jernih karena langsung berasal dari mata air. Ada beberapa pilihan kolam.
Tersedia juga kolam yang tidak dalam jika teman-teman belum bisa berenang. Di sini
juga kami merasakan terapi ikan. Tidak dipungut biaya lagi karena terapi ikan
berada di sebelah kolam utama.
Tempat bilas di sini juga cukup
memadai. Banyak juga warung yang menyediakan beragam makanan dan menjual beberapa
keperluan untuk berenang.
Sekitar pukul 18.40 WIB, kami selesai
mandi dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Motor kami sudah mengarah ke
Kota Solo. Namun, di tengah perjalanan kami baru teringat ada satu tempat yang
belum kami datangi di Klaten, Angkringan Korea.
Tanpa berpikir, kami langsung memutar
balik laju motor. Kembali ke Klaten. Karena jarak yang sudah cukup jauh dan
beberapa insiden di jalan, kami tiba di Angkringan Korea sekitar pukul 21.00
WIB.
Tujuan kami ke sini hanya satu, ingin
mencoba minuman Bukan S*ju yang satu botolnya dihargai Rp45.000,00. Setelah mendapat
apa yang kami cari, kami duduk sebentar di Angkringan Korea untuk membahas di
mana persinggahan kami malam ini. Mas penjaga di Angkringan Korea juga ramah. Mungkin
untuk teman-teman yang penasaran—apalagi pecinta K-POP, boleh lah merasakan
berkunjung ke angkirngan ini.
Setelah diskusi dan sedikit ngobrol
dengan Mas Penjaga, akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di Kota Solo.
Karena terlalu jauh jika harus langsung ke Semarang. Tubuh kami juga perlu
istirahat, perjalanan masih akan berlangsung selama tiga hari kedepan.
Sedikit cerita tentang Solo dan Jepara
akan kuceritakan secara terpisah di postingan selanjutnya. Lebih seru,
tentu saja.
Terima kasih sudah membaca hingga selesai.
Di manapun kamu berada, semoga sehat dan bahagia selalu. Salam.
#Travel #GetLost #Klaten
0 Comments:
Posting Komentar