Saya rasa banyak hal yg tidak
diajarkan, juga banyaknya larangan. Saya tumbuh dan berlayar pada penangkaran
ikan ikan laut. Tenggelam karena ketidakpahaman dan melewati masa tercabik
luka. Saksi luka tak meninggalkan darah, sebab bersih disapu air laut.
Waktu demi waktu, saya memahami nada
gerak air dalam lautan.
Melihat ke atas, ada dunia dan kehidupan yang begitu luas di sana. Melihat lebih dalam, ada begitu banyak keindahan yang belum mampu saya jamah. Hidup pada batas penangkaran tak lantas membentuk seorang penurut.
Melihat ke atas, ada dunia dan kehidupan yang begitu luas di sana. Melihat lebih dalam, ada begitu banyak keindahan yang belum mampu saya jamah. Hidup pada batas penangkaran tak lantas membentuk seorang penurut.
Pura-pura menurut, iya.
Salah kah memelihara ego?
Dipikir mudahkah meluluhkan hati yg
telah membentuk sendiri arahnya selama bertahun-tahun?
Saya sampai bingung, tujuan hidup ini
apa? (ya, tentu saja karena begitu banyak larangan). Kadang bertanya-tanya,
sesungguhnya saya ini hidup pada zaman apa.
Setelah berjalan terseok, senantiasa
memendam protes, tangis, dan amarah seorang diri, lalu tiba-tiba Cahaya itu
datang dengan kilaunya, "Apa-apaan seperti itu?!"
Hai, Cahaya. Harusnya saya yang
bertanya, "Apa yg kau lakukan?!". Kau memang menyinari, tapi kau
bahkan tidak pernah mengenali siapa Saya.
Oh, ya. Tentang larangan. Rasanya,
semakin ia menggunung maka semakin besar hasrat saya untuk segera bisa berdiri
di atas kaki sendiri.
0 Comments:
Posting Komentar