15 September 2024

Kekuatan dalam Perbedaan

            Kegiatan tadabur alam siswa/siswi SMP Bahagia Kota Muntok akan dilaksanakan dalam dua hari lagi. Tadabur alam kali ini dilaksanakan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun Kota Muntok, mengenang jejak-jejak bersejarah yang ada di Kota Seribu Kue ini.

            “Nak, tadi ada pesan dari Kakak Pembina Pramuka. Semua kebutuhan untuk tadabur alam sudah disiapkan semua belum?” tanya Ibu Hanina kepada putri sematawayangnya.

            “Belum, Bu. Besok saja. Aku sedang mengerjakan tugas sekolah” jawab Hanina dari kamarnya.

            “Baiklah. Jangan lupa, ya.” Jawab Ibu Hanina menegaskan kembali.

            Hanina kembali sibuk mengerjakan tugasnya. Tugas ini harusnya sudah dikumpulkan sejak minggu lalu. Namun, Hanina lupa mengerjakannya karena sering menghabiskan waktu untuk menonton idol K-Pop idolanya hingga larut malam. Ibunya sudah sering mengingatkan untuk tidak bergadang, tapi Hanina tetap saja melakukannya secara diam-diam. Ibu Hanina bukannya tidak tegas, ia lebih ingin Hanina merasakan sendiri bahwa setiap tindakan yang ia lakukan akan ada konsekuensinya dan ia harus bertanggung jawab atas konsekuensi itu.

***

            “Ibuuuuuuu..., Ibu tahu tidak? Ternyata besok aku satu kelompok dengan Haruku! Siswa pindahan dari Maluku itu, lho, Bu. Aku tidak suka melihatnya! Huh, kegiatan yang harusnya menyenangkan, pasti besok jadi tidak asyik!” gerutu Hanina bertubi-tubi ketika baru tiba di rumah.

            Ibu Hanina langsung menghampiri anaknya yang baru saja pulang dari sekolah itu. Setelah menanggapi gerutuan Hanina dengan tenang, barulah Ibunya mengetahui bahwa Hanina tidak suka hanya karena Haruku memiliki warna kulit dan perawakan yang sedikit berbeda dari orang-orang yang biasa ia temui di daerah ini.

            “Wah, sepertinya kamu belum tahu, ya. Di negara kita ini ada ratusan suku dan budaya, Nak. Jadi, meskipun secara fisik temanmu terlihat berbeda, tapi dia sama saja dengan kita. Coba bandingkan saja kamu atau ibu dengan idola-idola Korea yang sering kamu tonton itu, berbeda juga bukan” Ibu Hanina mencoba memberi pengertian.

            “Memangnya kamu sudah pernah mencoba berteman dengannya?”

            Hanina menggeleng.

            “Nah, kamu saja belum kenal baik dengan Haruku. Coba berkenalan dan berteman dulu, jangan langsung menilai buruk orang lain. Sudah, sekarang sana siapkan keperluan besok. Jangan sampai ada yang tertinggal, ya.”

            Sebenarnya tidak banyak yang harus dibawa untuk kegiatan tadabur alam. Namun, tetap saja harus disiapkan dengan teliti agar tidak ada yang tertinggal. Mengingat bahwa ini adalah kegiatan outdoor, tidak bisa dimungkiri jika nanti ada kejadian yang tidak diinginkan. Karena masih merasa kesal, sore itu Hanina tidak juga segera mempersiapkan kebutuhannya untuk besok.

***

            Pagi-pagi sekali, Hanina kelabakan dan terburu-buru menyiapkan kebutuhannya. Sarapan yang disiapkan oleh Ibunya belum juga tersentuh karena ia masih sibuk sendiri. Pukul 06.45, Hanina diantar oleh Ibunya menuju Rumah Pesanggrahan. Semua berkumpul di sana untuk bersiap. Dari Rumah Pesanggrahan ini, mereka akan diantar naik bis menuju Gerbang Selamat Datang Gunung Menumbing sebagai titik awal kegiatan tadabur alam.

            “Sebuah kelompok akan kuat jika seluruh anggotanya bersatu. Begitu pun sebaliknya, sebanyak apapun orangnya, akan rapuh jika tidak kompak dan tercerai berai” pesan Ibu sebelum meninggalkan Hanina untuk berkegiatan. Ia lekas pulang setelah Hanina mencium tangannya.

            Hanina, Haruku, Adimas, Aji, dan Nada tergabung dalam satu tim. Mereka mendapat urutan berjalan ke delapan dari lima belas kelompok pramuka yang ada di SMP Bahagia. Setiap tim yang berjalan diberi jarak agar tidak menumpuk. Sudah disediakan beberapa pos di jalur tadabur yang akan dilalui. Mereka akan mendapat tugas yang berbeda di setiap pos.

            Tim Hanina bekerja cukup baik. Mereka dapat menjawab soal dan melakukan tantangan. Hanina anak yang senang dan cukup aktif di kegiatan pramuka. Jadi, kegiatan seperti ini tentu menjadi aktivitas favoritnya. Namun, ia masih bersikap acuh tak acuh terhadap Haruku. Haruku juga berkontribusi dan bekerja sama dengan baik dengan timnya.

            Lebih dari setengah perjalanan, mereka memutuskan untuk istirahat. Mereka sudah merasa cukup lapar karena hari juga sudah siang. Masing-masing mengeluarkan bekal makanan berat dan camilan yang mereka bawa. Mereka saling berbagi dan bertukar camilan. Sementara, Hanina ternyata lupa memasukkan camilan yang disiapkan Ibunya.

            “Kue gomak buatan ibumu enak sekali, Haru!” puji Adimas setelah melahap tiga kue. Teman-temannya tertawa melihat Adimas yang terlihat nafsu sekali.

            “Hanina, cobalah kue buatan ibuku. Ibuku sengaja membawa banyak untuk kita makan bersama” Haruku tetap mencoba mendekatkan diri meskipun ia menyadari bahwa Hanina mengabaikannya. Karena didorong oleh teman-teman yang lain dan sesungguhnya Hanina juga tergiur karena melihat Adimas yang tidak berhenti mengunyah, dengan canggung akhirnya Hanina ikut memakan camilan yang dibawa Haruku.

            Tidak bisa berlama-lama, akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Saat itu, Nada tidak sengaja terperosok karena jalur yang sedikit miring tertutup oleh tebalnya dedaunan cokelat. Kakinya tergores bekas patahan ranting yang cukup besar dan berdarah. Mereka sedikit terkejut, namun tidak begitu panik karena di kegiatan pramuka memang sudah sering berlatih dalam menangani luka ringan.

            “Hanina, kamu kemarin ditugaskan untuk membawa P3K kelompok kita oleh Kakak Pembina. Tolong, cepat keluarkan. Kita harus segera mengobati kaki Nada” pinta Adimas. Hanina segera menurunkan tasnya. Lama merogoh dan mencari-cari, alat P3K itu ternyata tidak ada di dalam tas. Hanina baru teringat bahwa tas P3K-nya ada di atas meja belajar dan tadi pagi lupa ia masukkan. Ia menatap teman-temannya dan meminta maaf.

            “Kenapa bisa lupa?! Kamu tahu kan P3K itu sangat penting dan krusial. Bukannya sudah diingatkan juga oleh Kakak Pembina” Adimas sebagai ketua kelompok sedikit emosi karena anggotanya tidak disiplin.

            “Seharusnya sebelum berjalan tadi kita mengecek ulang perlengkapan agar tahu kalau ada yang tertinggal” Aji menimpali.

            “Sudah..., teman-teman. Sekarang yang penting kita harus mengobati luka Nada dulu. Kalian jaga Nada di sini, ya.” Haruku segera menengahi sebelum terjadi perdebatan. Teman-temannya bertanya-tanya melihat Haruku yang tiba-tiba pergi begitu saja.

            Tidak memakan waktu lama, Haruku kembali dengan membawa patahan ranting serta daun senduduk. Ia mengambil posisi di sebelah Nada dan segera melepas satu per satu daun senduduk dari rantingnya.

            “Tolong ambilkan batu di sebelahmu itu” pinta Haruku kepada Hanina. Hanina segera memberikannya. Haruku menumbuk kasar daun-daun itu, kemudian menaruhnya di atas luka Nada. Setelah semuanya selesai, ketegangan mulai mereda.

            “Daun apa ini, Haru?” tanya Nada penasaran.

            “Ini namanya daun senduduk, atau ada juga yang biasa menyebutnya kera duduk. Waktu di kebun, aku pernah diajarkan kakek kalau daun ini bisa digunakan untuk mengobati luka ringan.” jawab Haruku.

            “Wah, keren juga kakekmu tahu manfaat tumbuhan di alam, ya. Aku juga jadi dapat pengetahuan baru.” puji Adimas. Semua tim berterima kasih atas tindakan Haruku. Dan, yang terakhir mengucapkan terima kasih adalah Hanina.

            “Terima kasih, Haruku. Kalau tidak ada kamu, entah bagaimana jadinya kami. Terima kasih sudah memberikan solusi akibat kecerobohanku. Maafkan aku juga karena selama ini bersikap tidak baik padamu. Padahal kamu selalu baik padaku. Maafkan aku juga, ya, Nada karena tidak membawa P3K yang menjadi tanggung jawabku” ucap Hanina tulus dan tertunduk.

            “Tidak apa-apa, Hanin. Setelah ini kita bisa berteman baik, bukan?” jawab Haruku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Hanina menyambut salam itu sambil tersenyum. Adimas, Nada, dan Aji pun turut senang menyaksikan kejadian itu.

            “Ayo, sekarang kita harus kembali melanjutkan menyelesaikan perjalanan. TIM DELAPAN, SEMANGAT!” ucap Adimas mengondisikan timnya.

            “Semangat!!!” sambut teman-teman yang lain.

            Mereka pun berhasil tiba di pos terakhir dan menyelesaikan semua tantangan dengan baik.

***

            Setibanya di rumah, Hanina dengan semangat menceritakan semua kejadian hari ini kepada Ibunya. Ibunya sampai tidak sempat menimpali karena Hanina bersemangat dan tidak berhenti bicara. Termasuk bagian Haruku yang menolong menyembuhkan luka Nada.

            “Keren banget, Bu! Hanin baru tahu kalau daun bisa jadi obat, hihi.”

Tidak lupa, Hanina juga mencertiakan kelezatan kue gomak buatan Ibu Haruku.

            “Benar kata Ibu, Haruku ternyata anak yang baik. Kami sudah berteman, Bu. Walaupun terlihat berbeda, tapi nyatanya tidak ada masalah. Haruku bahkan sangat asyik dan lucu sekali lho, Bu” ucap Hanina. Ibunya tersenyum senang melihat pelajaran baru yang didapat Hanina hari ini. Ada sedikit rasa haru juga melihat Hanina mau menyadari, mengakui kesalahan, dan meminta maaf kepada teman-temannya.